Minggu, 16 Maret 2014

kekhususan Enzim

Kekhususan Enzim

  Kekhususan enzim ada 2, yaitu absolut (spesifik) dan relatif. Absolut atau spesifik yaitu 1 enzim yang hanya bisa mereaksikan 1 substrat, contohnya enzim glukokinase yang hanya untuk substrat glukosa. Relatif yaitu 1 enzim yang bisa mereaksikan beberapa substrat, contohnya enzim hexokinase yang bisa mereaksikan glukosa dan fruktosa. Kekhususan tergantung sifat ikatan enzim dengan substrat, sifat gugus katalitik, kofaktor organik, ion logam, bentuk komplementer, muatan listrik, sifat hidrofilik/ hidrofobik dari enzim maupun substrat.
            Salah satu ciri khas enzim adalah cara bekerjanya secara spesifik. Artinya,enzim hanya dapat bekerja pada substrat tertentu. Bagaimana cara kerja enzim? Adadua teori yang menjelaskan tentang cara kerja enzim sebagai berikut: 
1. Lock and Key Theory (Model Gembok dan Kunci)
Dikemukakan oleh Fischer (1898). Enzim diumpamakan sebagai gembok yang mempunyai bagian kecil yang dapat mengikat substrat (ibaratnya lubang pada gembok tempat memasukkan kunci). Bagian enzim yang dapat berikatan dengan substrat disebut sisi aktif. Substrat diumpamakan kunci yang dapat berikatan dengan sisi aktif enzim.
2. Induced Fit Theory (Teori Ketepatan Induksi)
Sisi aktif enzim bersifat fleksibel sehingga dapat berubah bentuk menyesuaikan bentuk substrat.
            Dari kedua teori tersebut, yang paling benar tentang cara kerja enzim adalah teorikedua, Induced Fit Theory, di mana enzim tersebut bersifat fleksibel dan dapat berubah sesuai bentuk substrat atau menyesuaikan dengan bentuk substrat.
            Nomenklatur yang mula-mula digunakan sangat sederhana, yaitu dengan mencantumkan akhiran -ase pada nama substrat dimana enzim itu bekerja. Misalnya proteinase yaitu enzim yang bekerja pada protein, lipase yang bekerja pada lipid, dsb. Ada pula yang mencantumkan akhiran -ase pada jenis reaksinya, misal oksidase yaitu enzim yang bereaksi secara oksidasi, reduktase yaitu enzim yang bereaksi secara reduksi. Namun kesemuanya masih memberikan kesimpangsiuran atau kurang tepatnya nomenklatur enzim, sehingga IUB (International Union of Biochemistry) menganut satu aturan kode dengan cara membagi enzim ke dalam enam kelas, yaitu:
1. Oksidoreduktase: enzim yang mengkatalisis reaksi oksidasi-reduksi antara dua substrat.
    Stered  +   S’teroks        Steroks  +  S’tered
2. Transferase: mentransfer substrat untuk pemindahan gugus (selain H) antara sepasang substrat.
S—G  +  S’                        S’—G  +   S
3. Hidrolase: enzim pemotong secara hidrolisis. Mengkatalisis pemecahan hidrolitik dari C—C, C—N, C—O, P—O
4. Liase: enzim pemotong tetapi tidak dengan cara hidrolisis. Ciri lain yaitu menghasilkan senyawa ikatan rangkap.
5. Isomerase: mengkatalisis perubahan struktural atau geometrik karena senyawanya bentuknya 3 dimensi.
6. Ligase: mengikat 2 substrat dengan menggunakan energi.
            Suatu enzim untuk mengkatalisis suatu reaksi bisa meminta bantuan oleh senyawa-senyawa di luar enzim.
             Telah dijelaskan bahwa  ada aktivator enzim dan inhibitor enzim. Contoh aktivator yang pertama adalah prosthetic group. Prosthetic group ini pada suatu senyawa punya ikatan erat dan stabil dalam enzim. Jadi ketika enzim itu dibuat atau diproduksi di pabriknya prosthetic grup ini sudah melekat, jadi udah termasuk komponen. Dan prosthetic group sudah harus ada. Prosthetic group terdiri dari vitamin B komplek yaitu B6, B1, ion-ion logam (ex: magnesium). Jika prosthetic group tersusun dari ion logam maka enzimnya disebut sebagaimetallo enzim. Lalu apa bedanya dgn kofaktor apa? Kofaktor juga berupa ion-ion logam (metal activated enzime)? Bedanya yaitu ketika enzim itu di produksi atau dibuat, kofaktornya tidak ikut. Kofaktor dipanggil saat mulai mengkatalisis suatu reaksi atau istilahnya hanya dipanggil saat diperlukan saja. Oleh karena itu disebut metal activated enzime.
KOFAKTOR
-          Ikatan bersifat sementara, tdk sekuat prostetic group
-          Bisa berikatan dg enzim atau substrat (ATP)
-          Terbanyak berupa ion-ion logam (“metal-activated enzyme”)
            Contoh aktifator kedua adalah koenzim. Koenzim ini tidak aktif pd reaksi, tetapi aktif pada proses distribusi. Fungsinya untuk mempercepat distribusi atau sebagai transport/ kendaraan, example: distribusi substrat, distribusi produk, dsb. Koenzim ini juga terdiri dari vitamin B terdiri dari vitamin B6, B1, biotin, dsb.
Beberapa koenzim  mempunyai struktur yang mirip dengan vitamin bahkan menjadi bagian dari molekul vitamin tersebut. Hubungan antara vitamin dengan koenzim tamapak pada contoh berikut :
1.    Niasin, merupakan nama vitamin yang berupa molekul nikotinamida atau asam nikotinat. Molekul nikotinamida terdapat sebagai bagian dari molekul NAD+, NADP+.  Kekurangan niasin akan mengakibatkan pellagra pada manusia.
2.    Molekul riboflavin atau vitamin B2 terdiri atas D ribitol yang terikat pada cincin issoaloksazon yang tersubstitusi. Vitamin ini dikenal sebagai faktor pertumbuhan. Molekul riboflavin merupakan bagian dari molekul FAD.
3.    Asam lipoat adalah suatu vitamin yang juga merupakan faktor pertumbuhan dan terdapat dalam hati. Asam ini terdapat dalam dua bentuk teroksidasi dan tereduksi, berfungsi sebagai kofaktor pada enzim piruvat dehidrogenase dan ketoglutarat dehidrogenase, berperan dalam reaksi pemisahan gugus asil.
4.    Biotin adalah vitamin yang terdapat dalam hati dan berikatan dengan suatu protein. Biotin berfungsi sebagai koenzim dalam reaksi karboksilasi.
5.    Tiamin atau vitamin B1 umumnya terdapat dalam keadaan bebas dalam beras atau gandum. Kekurangan vitamin B1 akan mengakibatkan penyakit beri-beri. Koenzim yang berasal dari vitamin B1 ialah tiaminifosfat (TPP) dan berperan dalam reaksi yang menggunakan enzim alpa keto dekarboksilase, asam alpa keto oksidase, transketolase dan fosfo ketolase.
6.    Vitamin B6 terdiri dari tiga senyawa yaitu piridoksal, piridoksin dan piridoksamin. Kekurangan vitamin B6 dapat mengakibatkan dermatitis (penyakit kulit) dan gangguan pada sistem saraf pusat. Koenzim dari vitamin B6 ialah piridoksalfosfat dan piridoksaminofosfat.
7.    Asam folat dan derivatnya terdapat banyak dalam alam. Bakteri dalam usus memproduksi asam fosfat dalam jumlah kecil. Koenzim yang berasal dari vitamin ini ialah asam tetrahidrofosfat (FH4). Peranan FH4 ialah sebagai pembawa unit senyawa satu atom karbon yang berguna dalam biosintesis purin, serin dan glisin.
8.    Vitamin B12 sebagaimana diisolasi dari hati adalah sianokobalamina. Fungsi vitamin B12 adalah bekerja pada beberapa reaksi anatara lain reaksi pemecahan ikatan C-C, ikatan C-O, dan ikatan C-N dengan enzim mutase dan dehidrase.
9.    Asam pantotenat terdapat dalam alam sebagai komponen dalam molekul koenzim A. vitamin ini diperlukan oleh tubuh sebagai faktor pertumbuhan. Koenzim A berperan penting sebagai pembawa gugus asetil, khususnya dalam biosintesis asam lemak.
Di samping koenzim yang mempunyai hubungan struktural dengan vitamin, ada pula koenzim yang tidak berhubungan dnegan vitamin, yaitu adenosine trifosfat atau ATP. Koenzim ini termasuk golongan senyawa berenergi tinggi. ATP berfungsi sebagai koenzim yang memindahkan gugus fosfat. Bila ATP melepaskan 1 gugus fosfat, maka ATP akan berubah menjadi adenosine difosfat (ADP) juga energi yang digunakan untuk reaksi lain. ATP bersama dengan enzim kinase, misalnya heksokinase dan piruvat kinase berperan dalam metabolisme karbohidrat.
            Berikutnya isozim, isozim ini adalah enzim mengkatalisis reaksi yg sama tetapi punya sifak fisik, kimia, imunologi yg berbeda, misalnya manusia punya enzim laktat dehidrogenase tetapi habis lalu dari insect di isomerkan pd tubuh manusia bisa menyebabkan alergi/ proses imunologis.
            Enzim yang mempunyai fungsi diagnostik klinik dibagi menjadi dua yaitu enzim plasma fungsional dan enzim plasma non fungsional.
            a. Enzim plasma fungsional
        Tempat kerjanya dalam darah. Contohnya LPL (Lipo Protein Lipase), cholinesterase, proenzim, hemostasis. Umumnya disintesis dalam hati; konsentrasi darah, sama atau sudah lebih tinggi dari jaringan. Ex : lipoprotein lipase, pseudokolin esterase pro Enzim pembekuan dan pemecahan darah.
b. Enzim plasma non fungsional
                        Tempat kerjanya tidak dalam darah. Contohnya: AST = SGOT, ALT = SGPT, amilase, lipase, γ-Glutamil transpeptidase, laktat dehidrogenase, acid fosfatase, alkali fosfatase. Kadarnya jauh lebih rendah dari jaringan sehingga dapat membantu diagnostik dan prognostik klinik yang berharga.
PENINGKATAN REAKSI KIMIA:
         Peningkatan suhu  energi kinetik meningkat
         Katalisator:
            - energi aktivasi turun
            - tdk merubah δG
            Kinetika enzim berguna untuk mengukur kadar enzim, tetapi ini sulit untuk diukur karena jumlah E yang sangat kecil. Cara mengukurnya dengan membandingkan E yang belom diketahui dengan E yang sudah diketahui. Konstanta kecepatan reaksi adalah Km. Jika Km kecil lebih mudah bereaksi, ini disebut dengan afinitas. Oleh karena itu jika Km kecil afinitasnya besar. Kecepatan reaksi yang dikatalisis enzim dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu:
a. pH
Ketika aktivitas enzim diukur pada berbagai nilai pH, aktivitas enzim optimal dilihat antara pH 5 dan 9. Jadi jangan terlalu asam dan jangan terlalu basa. pH dapat mempengaruhi aktivitas dengan mengubah struktur atau dengan mengubah muatan residu fungsional pada pengikatan substrat atau katalisis. Kalau pH terlalu asam/ katalis akan mengalami perbuahan konformasi dan mengakibatkan active site berubah-ubah.
b. Suhu
Peningkatan suhu akan meningkatkan kecepatan reaksi yang dikatalisis enzim. Enzim dari manusia yang mempertahankan suhu tubuh pada 37oC, umumnya memperlihatkan stabilitas hingga suhu setinggi 45-55oC. Diatas suhu optimum akan menyababkan denaturasi. Dibawah suhu optimum, reaksi akan meningkat karena kenaikan energi kinetik molekul-molekul yang bereaksi. Suhu optimum berubah-ubah tergantung waktu (t1 & t2). Stabilitas enzim terhadap suhu dipengaruhi oleh pH, kekuatan ionik medium, ada tidaknya ligan.
Kecepatan awal suatu reaksi yang dikatalisis enzim selalu sebanding dengan konsentrasi enzim. Karena kadar S, E, suhu, dll hanya dapat diketahui pada awal reaksi.
Pengaruh inhibitor dilihat dari sifat ikatan dibagi menjadi dua yaitu, inhibitor reversibel dan irreversibel. Inhibitor reversibel bisa saling lepas, sedangkan inhibitor irreversibel jika mengikat dengan enzim tidak bisa lepas lagi. Berdasarkan sifat kinetik dibagi menjadi dua yaitu, inhibitor kompetitif dan inhibitor non kompetitif. Efek inhibitor kompetitif akan hilang bila substrat ditingkatkan. Efek inhibitor non kompetitif tidak hilang bila substrat ditingkatkan.
a. Inhibitor kompetitif
                        Menghambat kerja enzim dengan menempati sisi aktif enzim. Inhibitor ini besaing dengan substrat untuk berikatan dengan sisi aktif enzim. Pengambatan bersifat reversibel (dapat kembali seperti semula) dan dapat dihilangkan dengan menambah konsentrasi substrat.
                        Inhibitor kompetitif misalnya malonat dan oksalosuksinat, yang bersaing dengan substrat untuk berikatan dengan enzim suksinat dehidrogenase, yaitu enzim yang bekerja pada substrat oseli suksinat.
b. Inhibitor nonkompetitif
                        Inhibitor ini biasanya berupa senyawa kimia yang tidak mirip dengan substrat dan berikatan pada sisi selain sisi aktif enzim. Ikatan ini menyebabkan perubahan bentuk enzim sehingga sisi aktif enzim tidak sesuai lagi dengan substratnya. Contohnya antibiotik penisilin menghambat kerja enzim penyusun dinding sel bakteri. Inhibitor ini bersifat reversible tetapi tidak dapat dihilangkan dengan menambahkan konsentrasi substrat.
Inhibitor Reversibel → Kompetitif
                                  Non Kompetitif

Inhibitor Irreversibel→Non Kompetitif
1. Inhibitor Kompetitif
                            Efek Inhibitor hilang bila  [S] ditingkatkan
•         Selalu Reversibel
•         Hanya dpt berikatan dg E saja atau S saja, tdk dg ES
•         Ki : Konst. Disosiasi Kompleks EI
•         INHIBITOR KOMPETITIF MERUBAH (↑↑) Km TAPI TIDAK MERUBAH HARGA Vmax
•         Efek Inhibitor selain tergantung [I] juga tergantung Ki
•         Bila jumlah [S] diperbesar  ~                      
•         JADI, EFEK INHIBITOR DAPAT DIHILANGKAN DENGAN MENINGKATKAN JUMLAH [S]
2. Inhibitor Non Kompetitif
                            Efek Inhibitor tidak hilang bila [S] ditingkatkan
            INHIBITOR NON KOMPETITIF REVERSIBEL
•         Dapat berikatan dengan E maupun ES
•         Berikatan dengan E pada tempat berbeda dg S
•         Struktur tidak mirip S
•         INHIBITOR NON KOMPETITIF REVERSIBEL TIDAK MERUBAH KM, TAPI MERUBAH/MENURUNKAN Vmax
•         Karena Vmax = K3 [Et], maka Inhibitor Non Kompetitif Reversibel seakan-akan menurunkan [E] yang aktif.


INHIBITOR NON KOMPETITIF IRREVERSIBEL
•         Merubah konformasi seluruh enzim (Hg, Ag, Ba), atau merubah konfigurasi “active site” (derivat fosfofluoridat), sehingga enzim menjadi inaktif.
•         Sulit dibedakan dengan Inhibitor non Kompetitif Reversibel.
•         Menurunkan harga Vmax, tetapi tidak merubah harga Km.
Note:
1. Inhibitor kompetitif : Vmax tetap, Km berubah.
2. Inhibitor non kompetitif reversibel : Vmax berubah/ turun, Km tetap.
3. Inhibitor non kompetitif irreversibel : Vmax turun, Km tetap.
Enzim Allosterik:
a) Tidak mengikuti kinetika Michaelis-Menten.
b) Umumnya oligometrik (lebih dari 2 sub-unit)
c) Menunjukkan kooperativitas, dapat mengikat lebih dari 1 molekul S.
d) Memiliki tempat pengikatan allosterik (A/I) selain tempat pengikatan S.
e) Tidak semua Enzim Oligomerik adalah Allosterik (laktat dehidrogenase).
f) Beberapa Enzim punya sub-unit Katalitik dan sub-unit Regulatorik.
g) Enzim Allosterik  Multi Ligan (S, I, Aktivator dll.)
h) Kooperativitas: pengikatan 1 Substrat mempermudah pengikatan Substrat berikutnya.
  Enzim Allosterik punya tempat ikatan dg substrat (active-site) dan tempat ikatan Allosterik.
  Pengikatan pada tempat Allosterik  perubahan konformasi tempat ikatan S (tempat ikatan isosterik)  laju reaksi akan naik/turun (aktivasi/inhibisi).
  Pengaruh tersebut dpt tertuju pd pengikatan S (thd K), pd proses katalisis (thd Vmax) atau thd keduanya.
  Allosterik hanya dpt mengikat senyawa dengan konfigurasi yang cocok (kekhususan sterik).
Laju reaksi enzimatik
Pengendalian:
a.       Pengendalian sintesis/degradasi enzim
b.      Pengendalian aktivitas katalitik enzim
Pengendalian Sintesis Enzim
Berjalan secara genetis, pada Prokariota
1. Represi:
            a. typhimurium:
                - penambahan His akan menurunkan enzim biosintesis His.
                - penambahan Leu akan menurunkan enzim biosintesis Leu.
                - represi umpan balik produk.
b. E. coli yg tumbuh pd sumber C selain glukosa
                            (X)  glukosa  menekan enzim katabolisme X  represi katabolit
2. Induksi:
- E. coli + laktosa  mula-mula tdk bisa berbiak krn enzim (-). Tapi kmudian E. coli dpt memproduksi enzim  pemecah laktosa.
            - Laktosa = induktor
              Enzim    = enzim induksibel (“inducible enzyme”)
       Enzim konstitutif  selalu ada dlm setiap keadaan.
Pengendalian Degradasi Enzim
•                     Pada eukariota
•                     Enzim adalah protein  dpt dihidrolisis oleh enzim proteolitik
•                     Triptofan oksigenase meningkat bila triptofan meningkat peningkatan jumlah enzim karena degradasi enzim menurun
Aplikasi Enzim:
•         Enzim memiliki aplikasi industri dan medis yang berharga.
•         Ragi, anggur, adonan asam roti, pembekuan keju dan pembuatan bir.
•         Kegunaan enzim dalam medicine diantaranya membunuh mikroorganisme yang menyebabkan penyakit, meningkatkan penyembuhan luka dan mendiagnosa penyakit tertentu.

            Saya tertarik untuk mengembangkan materi tentang enzim SGOT dan SGPT. Karena dalam klinisnya di rumah sakit nantinya kita akan banyak menemukan kasus-kasus yang berkaitan dengan enzim-enzim tersebut. Contohnya saja kasus dengan pasien yang menderita hepatitis akut nantinya akan diperiksa kadar SGOT/ SGPTnya.
            SGOT singkatan dari Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase, Sebuah enzim yang biasanya hadir dalam dan jantung sel-sel hati. SGOT dilepaskan ke dalam darah ketika hati atau jantung rusak. Tingkat darah SGOT ini adalah demikian tinggi dengan kerusakan hati (misalnya,dari hepatitis virus ) atau dengan penghinaan terhadap jantung (misalnya, dari serangan jantung). Beberapa obat juga dapat meningkatkan kadar SGOT. SGOT juga disebut aspartateaminotransferase (AST).
            Sedangkan SGPT adalah singkatan dari Serum Glutamic Piruvic Transaminase, SGPTatau juga dinamakan ALT (alanin aminotransferase) merupakan enzim yang banyak ditemukanpada sel hati serta efektif untuk mendiagnosis destruksi hepatoseluler. Enzim ini dalam jumlah yang kecil dijumpai pada otot jantung, ginjal dan otot rangka. Pada umumnya nilai tes SGPT/ ALT lebih tinggi daripada SGOT/ AST pada kerusakan parenkim hati akut, sedangkan pada proses kronis didapat sebaliknya.
            SGPT/ALT serum umumnya diperiksa secara fotometri atau spektrofotometri, secarasemi otomatis atau otomatis. Nilai rujukan untuk SGPT/ALT adalah :
Laki-laki : 0 – 50 U/L
Perempuan : 0 – 35 U/L
            Dalam uji SGOT dan SGPT, hati dapat dikatakan rusak bila jumlah enzim tersebutdalam plasma lebih besar dari kadar normalnya.Kondisi yang meningkatkan kadar SGPT/ALT adalah :
Peningkatan SGOT/SGPT > 20 kali normal : hepatitis viral akut, nekrosis hati (toksisitasobat atau kimia)
Peningkatan 3-10 kali normal : infeksi mononuklear, hepatitis kronis aktif, sumbatan empedu ekstra hepatik, sindrom Reye, dan infark miokard (SGOT>SGPT)
Peningkatan 1-3 kali normal : pankreatitis, perlemakan hati, sirosis Laennec, sirosisbiliaris

Sifat Enzim : spesifisitas enzim
Sifat yang penting dari enzim diantaranya adalah daya katalisisnya dan sifat katalisisnya yang spesifik terhadap reaksi tertentu. Enzim hanya dapat bekerja pada suatu substrat tertentu atau pada sejumlah kecil senyawa yang sejenis. Hal ini berbeda dengan katalisator inorganik seperti H+, OH- ataupun ion-logam. Sebagai contoh misalnya enzim laktase hanya bisa bekerja pada laktosa
Enzim mengkatalisis satu reaksi yang spesifik dan pada hakekatnya tidak mengkatalisis reaksi yang lain. Laju proses metabolisme oleh enzim dapat diatur oleh perubahan dalam efisiensi katalitik enzim spesifik. Spesifisitas enzim tergantung sifat ikatan enzim-substrat dan sifat gugusan katalitiknya. Juga dipengaruhi oleh tempat pengikatan substrat pada enzim, kofaktor-kofaktor organik maupun logam yang ada.
Sebagian enzim dapat mengkatalisis lebih dari satu jenis reaksi yang sama (pemindahan fosfat, oksidasi reduksi, dll) dengan hanya sejumlah kecil substrat yang secara struktural berhubungan/mirip, walaupun sering pada kecepatan reaksi yang secara bermakna lebih rendah. Berbagai reaksi dengan substrat alternatif ini cenderung terjadi kalau substrat terdapat dalam kadar yang tinggi, tetapi kadar seperti itu jarang ditemukan di dalam sel hidup.
Spesifisitas enzim terhadap reaksi dapat bersifat absolut maupun relatif. Suatu enzim disebut mempunyai spesifisitas yang absolut jika hanya dapat berekasi dengan satu substrat tertentu saja (hanya dapat mengkatalisis satu jenis reaksi). Sebagai contoh misalnya enzim glukokinase, yang mengkatalisis reaksi berikut ini :
a-D-Glukosa + ATP → a-D-Glukosa-6P + ADP
Enzim glukokinase tersebut hanya bisa bereaksi dengan satu substrat saja yaitu glukosa, sehingga dikatakan bersifat spesifisitas absolut.
Enzim dikatakan bersifat spesifisik relatif apabila dapat bereaksi dengan beberapa substrat yang sejenis. Sebagai contoh misalnya heksokinase. Heksokinase dapat bekerja terhadap substra heksosa seperti glukosa dan fruktosa, hanya dengan kecepatan yang berbeda. Karena substrat heksokinase lebih dari satu maka disebut bersifat spesifisik relatif.
Enzim umumnya menunjukan kespesifikan absolut untuk paling sedikit sebagian dari molekul substrat kecuali epimerase (rasemase), yang mengubah isomer. Misalnya maltase dapat mengkatalisis hidrolisis α-glukosida, akan tetapi tidak dapat bekerja terhadap β-glukosida. Glikosidase mengkatalisis asam L-amino tidak dapat mengkatalisis asam D-amino. Demikian pula enzim yang bekerja terhadap D-karbohidrat tidak dapat mengkatalisis L-karbohidrat. Sifat ini diperkirakan terjadi karena ikatan antara enzim dan substrat membentuk ikatan tiga dimensi.
Enzim Bersifat Spesifik Bagi Tipe Reaksi Yang Dikatalisis
Enzim untuk proses lisis (enzim lisis) bekerja pada kelompok kimia/gugus tertentu. Misalnya, enzim glikosidase pada glikosida, pepsin serta tripsin pada ikatan peptida, dan esterase pada senyawa- senyawa ester. Berbagai substrat peptida yang berbeda dapat diserang oleh hanya satu enzim sehingga mengurangi jumlah enzim pencernaan yang seharusnya diperlukan.
Enzim lisis tertentu memperlihatkan spesifisitas yang lebih tinggi. Enzim kimotripsin menghidrolisis ikatan peptida, pada reaksi ini, gugus karboksil berasal dari asam amino aromatik fenilalanin, tirosin, atau triptofan. Enzim karboksipeptidase dan aminopeptidase melepas asam-asam amino satu persatu, masing-masing secara berurutan, dari ujung terminal karboksil atau terminal-amino rantai polipeptida.
Meskipun beberapa enzim oksidoreduktase memanfaatkan NAD+ dan NADP+ sebagai akseptor elektronnya, kebanyakan hanya menggunakan salah satu diantaranya. Secara umum, enzim oksidoreduktase yang berfungsi dalam proses boisintesis sistem-sistem mamalia menggunakan NADPH sebagai reduktan, sementara enzim yang berfungsi dalam proses penguraian menggunakan NAD+ sebagai oksidan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar