Nama : Megawati Ompusunggu
Kelas : R
NIM : 135040200111181
Dosen : Bapak Nawawi
POPULASI
Bab 1
: Pendahuluan
1.1 Latar
Belakang
Ekologi adalah cabang ilmu
pengetahuan yang mempelajari tentang hubungan makluk hidup dan lingkungannya.
Bumi memiliki banyak sekali jenis-jenis mahkluk hidup, mulai dari tumbuhan dan
binatang yang sangat kompleks hingga organisme yang sederhana seperti jamur,
amuba dan bakteri. Meskipun demikian semua mahkluk hidup tanpa kecuali, tidak
bisa hidup sendirian. Masing-masing tergantung pada mahkluk hidup yang lain
ataupun benda mati di sekelilinganya. Ruang Lingkup Kajian Ekologi adalah untuk
memahami batas-batas ruang lingkup kajian ekologi terlebih dahulu perlu
dipahami bagaimana sistem kehidupan di muka ini tersusun dari sistem kehidupan
terbesar (biosfer) sampai ke dalam sistem kehidupan terkecil. Antara makhluk
hidup satu dengan yang lain akan selalu terjadi interaksi. Ekosistem tersusun
atas komponen-komponen yang saling berinteraksi satu dengan yang lainnya.
Komponen itu membentuk satuan-satuan organism kehidupan. Antara individu yang
satu dengan lainnya dalam satu daerah akan membentuk populasi.
Selanjutnya,
antara populasi yang satu dengan yang lainnya dalam satu daerah akan terjadi
interaksi membentuk komunitas. Hubungan antara makhluk hidup dengan
lingkungannya akan membentuk ekosistem. Kumpulan ekosistem di dunia
akan membentuk biosfer. Urutan satuan - satuan makhluk hidup dalam
ekosistem dari yang kecil sampai yang besar adalah Individu, Populasi,
Komunitas, Ekosistem dan Biosfer. namun pada sekian banyak susunan ekologi tersebut,
pada kesempatan ini penulis akan menyajikan makalah tentang Populasi
1.2. Prospek
Penghapusan spesies eksotis akan memungkinkan
spesies yang mereka telah mengalami dampak negatif untuk memulihkan niche
ekologi mereka. Spesies eksotis yang telah menjadi hama dapat diidentifikasi
taksonomi (misalnya dengan Sistem Identifikasi Otomatis Digital (DAISY), dengan
menggunakan barcode hidup. Penghapusan praktis hanya diberikan kelompok besar
individu karena biaya ekonomi.
Sebagai populasi berkelanjutan dari spesies asli
yang tersisa di suatu daerah menjadi terjamin, "hilang" spesies yang
adalah kandidat untuk reintroduksi dapat diidentifikasi dengan menggunakan
database seperti Encyclopedia of Life dan Fasilitas
Keanekaragaman Hayati Informasi Global.
·
Keanekaragaman Hayati
perbankan menempatkan nilai moneter terhadap keanekaragaman hayati. Salah satu
contoh adalah Kerangka Kerja Manajemen vegetasi asli Australia.
·
Gene bank milik adalah
koleksi spesimen dan bahan genetik. Beberapa bank bermaksud untuk
memperkenalkan kembali spesies miring terhadap ekosistem (misalnya melalui
pembibitan pohon).
·
Pengurangan dan lebih
baik menargetkan pestisida memungkinkan lebih banyak spesies untuk bertahan
hidup di daerah pertanian dan urban.
·
Lokasi-pendekatan
spesifik mungkin kurang berguna untuk melindungi spesies bermigrasi. Satu
pendekatan adalah untuk menciptakan koridor satwa liar s yang sesuai dengan
gerakan binatang . Batas-batas nasional dan lainnya dapat mempersulit pembuatan
koridor.
1.3. Permasalahan
Data sensus mengatakan bahwa penduduk Indonesia Lebih dari 230 juta jiwa
tersebar di seluruh wilayah Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Populasi
manusia atau penduduk akan terus meningkat dari tahun ke tahun. Meningkatnya
jumlah penduduk menyebabkan tingkat kepadatan semakin tinggi sedangkan lahan
dan luas wilayah Indonesia tidak akan mungkin bisa bertambah.
Dari sisi lain tentu lahan semakin
berkurang digunakan untuk tempat bermukim penduduk dan kemiskinan semakin
meningkat juga. Di kota-kota besar jembatan banyak dijadikan sebagai rumah oleh
penduduk yang tidak mampu untuk menyewa rumah apalagi membeli rumah. Maka
semakin sempitlah lahan terbuka untuk menghirup udara segar.
Dikatakan penduduk adalah orang yang tinggal di suatu daerah atau
negara, secara hukum orang berhak tinggal di suatu daerah atau negara. Orang
yang memiliki kartu tanda penduduk lalu memilih tinggal di daerah lain masih
dalam lingkup wilayah Indonesia juga dikatakan sebagai penduduk. Banyak juga
penduduk di Indonesia yang tidak memiliki kartu tanda kependudukan dikarenakan
sulitnya birokrasi di Indonesia.
Permasalahan penduduk dilihat dari kacamata lingkungan sudah disinggung
adalah lahan yang semakin sempit. Sehingga hutan adalah jalan terakhir untuk
mendapatkan lahan yang layak dijadikan tempat tinggal dan menjadikannya sebagai
lahan pertanian. Hutan yang dahulunya hijau dan lebat menjdi gundul dan merusak
tatatanan kehidupan seluruh makhluk hidup khususnya hewan yang menggantungkan
asa di rumahnya yaitu hutan. Kerusakan hutan menurut para ahli lebih dari 70%
hutan di dunia yang telah rusak parah. Pembukaan lahan secara liar untuk
dijadikan pertanian dan pemukiman sangat merusak ekosistem hutan.
Populasi manusia yang kian meningkat
setiap tahunnya baik itu dikarenakan angka kelahiran yang dominan dari pada
angka kematian dan juga arus urbanisasi mengakibatkan wilayah perkotaan semakin
dilematis. Kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan, Bandung,
Tangerang, Semarang, Palembang, terutama tiga kota terbesar di Indonesia yang
penulis sebutkan sangat mendambakan lahan hijau yang kian habis akibat dari
pemukiman penduduk dan juga akibat dari merayapnya gedung-gedung ber AC dan
bertingkat tinggi.
Nyaris tidak ada lagi lahan tersisa
disulap menjadi model percontohan gedung pencakar langit. Jembatan dan
pinggiran sungai dibangun lapak-lapak atau hunian bagi penduduk yang tidak
mampu. Mungkin kalau sungai atau jembatan itu bisa bertingkat-tingkat manusia
pun akan membangunnya bertingkat-tingkat juga tanpa memperdulikan keselamatan
dan kenyamanan yang penting bisa tinggal dan tidur gratis.
Wilayah perkotaan jarang dan langka
dijumpai lahan terbuka hijau dan hutan kota padahal wilayah perkotaan adalah
wilayah yang padat penduduk dan pemukiman. Banyak karbon dioksida dan monoksida
yang bertebaran tanpa diimbangi dengan oksigen. Udara segar dibutuhkan makhluk
yang bernafas dalam bentuk oksigen, demikian pula manusia sebagai makhluk hidup
juga membutuhkan oksigen untuk hidup.
Udara yang dibutuhkan manusia adalah
udara bersih yang tidak tercemar zat-zat berbahaya suapaya kualiatas hidup
manusia terjamin. Karbon monoksida adalah zat yang lebih mudah larut dalam darah
dibandingkan oksigen. Akibatnya fatal sekali di kemudian hari karena darah
bukannya mengangkut oksigen tetapi mengangkut karbon monoksida. Efek dari
kebanyakan menghirup karbon monoksida tubuh terasa lemas, sakit kepala,
mual-mual, dan menyebabkan kematian. Selain kendaraan bermotor yang tahun
pembuatannya sudah lama dan mesin-mesin pabrik karbon monoksida dihasilkan oleh
asap rokok. Wilayah perkotaan yang padat penduduk maka akan menghasilkan karbon
monoksida yang sangat tinggi terutama dari asap rokok.
Setelah lahan untuk tempat tinggal
dan udara, manusia juga membutuhkan air bersih. Sangat mutlak tidak ada bedanya
dengan udara maka air juga dibutuhkan manusia. Seperti udara bukan sembarang
udara maka air yang dibutuhkan manusia adalah air bersih. Tingkat ketersediaan
air bersih di wilayah padat penduduk minim. Air bersih dilihat dari kacamata
kimia yaitu air yang tidak mengandung zat-zat kimia berbahaya. Dari kacamata
fisika air bersih harus tetap jernih, tidak berasa, dan tidak berbau. Syarat
biologi air bersih tidak mengandung mikro organisme atau kuman-kuman penyakit.
Tiga masalah besar dari populasi
manusia yang semakin bertambah tanpa terkontrol yaitu lahan akan semakin
menyempit akan menyebabkan penebangan massal pepohonan di hutan untuk
menadapatkan tempat tinggal dan uang. Sehingga hutan dijadikan alternatif
mengatasi padatnya penduduk dan tempat mengais rejeki bagi suatu keluarga. Dan
akibat penebangan hutan, maka hama pun bertambah populasinya yang mengganggu
pertumbuhan tanaman. Dengan serangan yang
dilakukan oleh hama pada tanaman maka tanaman tidak akan mampu menghasilkan
produksi secara maksimal karena terjadinya pembatasan pertumbuhan akibat hama
yang berada pada tanaman budidaya. Hal ini disebabkan karena proses fisiologi
tanaman yang terganggu. Dengan daun dan batang serta tunas-tunas muda yang
habis dimakan oleh hama secara tidak langsung tanaman tidak dapat melaukan
proses fotosintesis untuk menghasilkan produksi dengan baik bahkan tidak dapat
melakukan fotosentes
Bab 2
: Isi
Populasi berasal dari bahasa latin
yaitu populous = rakyat, berarti penduduk. Didalam pelajaran
ekologi, populasi adalah sekelompok individu yang sejenis. Apabila kita membicarakan
populasi, haruslah disebut jenis individu yang dibicarakan dengan menentukan
batas – batas waktunya serta tempatnya. Jadi, populasi adalah Kumpulan individu
sejenis yang hidup pada suatu daerah dan waktu tertentu.
2.1.1. Sifat – sifat yang dimiliki populasi
1. Kerapatan
atau kepadatan.
Kerapatan
lazim digunakan pada tumbuhan, sedangkan kepadatan biasanya digunakan pada
manusia. Populasi organisme pada suatu daerah tidak akan tetap dari waktu
ke waktu berikutnya. Jika jumlah populasi suatu jenis berubah, kepadatan
populasinya juga akan berubah. Ada dua hal yang mempengaruhi perubahan
kepadatan populasi organisme pada suatu daerah.
Adanya
individu yang datang, yaitu individu yang lahir dan yang datang dari tempat
lain atau imigrasi.
Adanya
individu yang pergi, yaitu individu yang mati daan yang pergi pindah ke tampat
lain atau emigrasi.
Apabila
luas suatu daerah tetap dan jumlahnya individu yang datang lebih besar daripada
yang pergi maka kepadatan populasi akan mengecil. Pada suatu daerah yang
tersedia cukup ruang dan makanan akan cenderung mendorong bertambahnya jumlah
individu. Hal itu akan meningkatkan jumlah populasi sekaligus meningkatkan
kepadatan populasi. Meningkatnya jumlah populasi organisme pada suatu daerah
akan menyebabkan terjadinya pertumbuhan populasi. Pertumbuhan populasi akan
terus berlangsung selama lingkungan mampu menunjang kehidupan. Apabila populasi
sudah mencapai titik maksimum atau melebihi daya dukung lingkungan akan
menurun.
Kecepatan
pertumbuhan populasi pada dasarnya bergantung pada rasio antara natalitas
dengan mortalitas. Apabila natalitas lebih besar dari pada mortalitas,
pertumbuhan populasinya meningkat. Apabila natalitas lebih kecil dari pada
mortalitas, pertumbuhan populasinya menurun.
2. Natalitas
(angka Kelahiran)
Natalitas
atau angka kelahiran adalah angka yang menunjukkan jumlah individu baru yang
menyebabkan populasi bertambah per satuan waktu. Dengan demikan, meningkatnya
natalitas merupakan faktor pendorong meningkatnya pertumbuhan populasi.
3. Mortalitas
(angka Kematian)
Mortalitas
atau angka kematian adalah angka yang menunjukkan jumlah pengurangan individu
per satuan waktu. Terjadinya kematian merupakan salah satu faktor utama yang
mengontrol ukuran suatu populasi. Populasi organisme pada suatu ekosistem
senantiasa mengalami perubahan. Perubahan tersebut ada yang tampak jelas dan
ada pula yang tidak jelas.
4. Bentuk
pertumbuhan, Penyebaran umur dan perkembangan populasi.
Penyebaran
umur merupakan cirri atau sifat penting populasi yang mempengaruhi natalitas
dan mortalitas. Karena itu suatu populasi menentukan status reproduktif yang
sedang berlansung dari populasi dan menyatakan apa yang dapat diharapkan pada
masa mendatang. Biasanya populasi yang sedang berkembang cepat mengandung
sebagian besar individu – individu muda, populasi yang stasioner memiliki umur
yang lebih merata dan populasi yang menurun akan mengandung sebagian besar
individu –individu yang berumur tua. Jika dikaji lebih dalam maka terdapat tiga
umur ekologi yaitu prereproduktif, reproduktif dan posreproduktif.
5. Perluasan
atau penyebaran populasi.
Perluasan
atau penyebaran populasi adalah gerakan individu – individu atau anak –
anaknya kedalam atau keluar darerah dari populasi. Ada tiga bentuk penyebaran
populasi yaitu sebagai berikut:
Emigrasi yaitu gerakan keluar
atau kepergian individu keluar dari batas – batas tempat populasi sehingga populasinya
berkurang.
Imigrasi yaitu gerakan kedalam batas
– batas tempat populasi, sehingga populasi bertambah.
Migrasi yaitu berangkat (pergi) dan
dating (kembai) secara periodic.
6. Mempunyai
sifat – sifat genetic yang berhubungan secara lansung dengan ekologi, yaitu :
beradaptasi, keserasian, reproduktif dan ketahanan.
Pertumbuhan
populasi ditandai dengan adanya perubahan jumlah populasi disetiap waktu.
Perubahan ini biasanya dipengaruhi oleh jumlah kelahiran, kematian dan migrasi.
Terdapat beberapa model pertumbuhan, namun yang akan dibahas adalah model
pertumbuhan kontinu dan model matriks.
1.
Model Kontinu atau Continuous Time adalah model yang
digunakan untuk menentukan jumlah tumbuhan yang ada dalam beberapa waktu
mendatang. Pada model ini individu berkembang tidak dibatasi oleh lingkungan
seperti kompetisi dan keterbatasan akan suplai makanan. Laju perubahan populasi
dapat dihitung jika banyaknya kelahiran, kematian dan migrasi diketahui.
Prediksi bahwa jumlah populasi akan tumbuh secara kontinu pertama kali
dicetuskan oleh Malthus (1798). Dinamika populasi dapat di aproksimasi dengan
model ini hanya untuk periode waktu yang pendek saja.
Model
Kontinu dapat diakumulasikan menggunakan persamaan :
Nt+Dt=Nt+B+I-D-E
Nt+Dt=Nt+B+I-D-E
Nt
: jumlah populasi tumbuhan yang ada
dalam waktu t.
B : jumlah kelahiran per satuan waktu
I : jumlah kedatangan per satuan waktu
D : jumlah kematian persatuan waktu
E : jumlah populasi yang keluar per satuan waktu.
Nt+Dt : jumlah populasi pada waktu t+Dt.
B : jumlah kelahiran per satuan waktu
I : jumlah kedatangan per satuan waktu
D : jumlah kematian persatuan waktu
E : jumlah populasi yang keluar per satuan waktu.
Nt+Dt : jumlah populasi pada waktu t+Dt.
2.
Model Matriks
Model matriks adalah suatu model yang mengizinkan penentuan pertumbuhan populasi dalam tumbuhan dengan perhitungan periode waktu tegas dan fase yang dapat ditentukan dari searah hidup tumbuhan.
Model matriks adalah suatu model yang mengizinkan penentuan pertumbuhan populasi dalam tumbuhan dengan perhitungan periode waktu tegas dan fase yang dapat ditentukan dari searah hidup tumbuhan.
- Matriks yang terdiri dari kolom
tunggal diacu sebagai matriks kolom. Kita dapat membuat matriks kolom yang
memperlihatkan jumlah individu dan tiap stadia perkembangan. Misalnya biji
(N_ ), dalam bank biji. Jimlah tumbuhan dalam bnetuk roset (N_ ) dan
jumlah tumbuhan dalam fase berbunga ( N+ ).
- Matriks transisi. Suatu
matriks transisi untuk tiga stadia pertumbuhan adalah bentuk segi empat
dan terdiri atas group nilai probabilitas yang menyajikan perubahan dimana
tambuhan dalam stadia perkembangang tertentu akan sampai stadia
perkembangan yang berbeda (atau tetap tinggal sama) selama waktu antara
tanggal sensus populasi.
Bab 3.
Faktor2 yg mempengaruhi
Faktor-faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan
Populasi :
- DayaDukung
Dengan adanya berbagai
pembatasan yang ada, kita dapat memperkirakan bahwa lingkungan mempunyai daya
dukung, yaitu jumlah individual spesies yang dapat ditunjang oleh lingkungan.
Daya dukung dapat ditentukan tidak hanya oleh jumlah individu dalam populasi,tetapi
juga oleh ukuran dan laju pertumbuhan individu dalam populasi.
- Peraturan Populasi Dependen Densitas.
Dependen densitas adalah jumlah individu per
satuan area tertentu yang keberadaannya dipengaruhi oleh keadaan2 yang
mempengaruhinya.
- Populasi Dependen Lebat
Populasi dependen lebat
adalah ukuran populasi yang selalu bertambah seperti yang diramal oleh
kebanyakan model pertumbuhan populasi, populasi ini bergantung pada dependen
densitas yang berubah dalam survival atau laju produksi karena jumlah populasi
menjadi lebih besar. Kita tahu bahwa hukum Yield konstan di mana tumbuhan
bertanggap terhadap kelebatan tidak hanya oleh densitas tetapi juga terhadap
individu. Hal ini lebih akurat untuk mengatakan bahwa populasi tumbuhan lebih
bersifat dependen lebt daripada dependen densitas.d. Stadia VS Umur
- Teori demografi klasik memakai
umur sebagai dasar untuk perkiraan kesuburan dan survivorship, namun umur
tidak dapat menjadi indikator status reproduktif dalam tumbuhan. Ada 2
alasan pokok untuk ini, yaitu :
- Ukuran tidak perlu berkolerasi
dengan umur
- Banyak tumbuhan akan berbunga
bila mereka mencapai ukuran tertentu tanpa memandang umurnya.
5. Tabel Hidup
Ada
dua macam tabel hidup tergantung lama hidup individu dalam populasi :
- 1. Suatu tabel dinamis. Digunakan
pengamat untuk mengikuti pertumbuhan perkecambahan pada waktu tertentu
sampai semua individu mati
- 2. Tabel hidup statis. Tabel
yang mengukur struktur umur suatu populasi untuk memperkirakan pola
survival berbagai grup umur pada suatu populasi.
6.
Kurva Survivorship
Yaitu adalah jumlah survivor pada tiap interval umur terhadap waktu akan menghasilkan suatu kurva survivorship.
Ada 3 tipe kurva survivorship yang menyajikan tanggapan populasi ekstrem :
Yaitu adalah jumlah survivor pada tiap interval umur terhadap waktu akan menghasilkan suatu kurva survivorship.
Ada 3 tipe kurva survivorship yang menyajikan tanggapan populasi ekstrem :
- Tipe 1: kurva survivorship
adalah karakteristik organisme dengan mortalitas rendah dalam stadia muda
dan mortalitas cepat dalam umur tua.
- Tipe 2 : garis lurus, dimana
probabilitas kematian pada pokoknya sama pada sembarang umur.
- Tipe 3 : tipikal organisme yang
mempunyai laju mortalitas muda tinggi, diikuti dengan mortalitas biji
karena adanya pemakan buah dan pemakan biji.
7.
Fekunditas
Biasa juga disebut umur spesifik laju kelahiran individu atau natalitas yang diukur dengan menhitung jumlah total biji yang dihasilkan selama tiap interval umur dan dibagi dengan jumlah individu yang hidup.
Biasa juga disebut umur spesifik laju kelahiran individu atau natalitas yang diukur dengan menhitung jumlah total biji yang dihasilkan selama tiap interval umur dan dibagi dengan jumlah individu yang hidup.
Bab 4. Kesimpulan
Pertumbuhan populasi merupakan proses sentral di dalam
ekologi. Karena tidak ada populasi yang tumbuh secara terus menerus maka kita
mengetrahui adanya pengaturan populasi. Interaksi spesies seperti predator,
kompetisi, herbivory dan penyakit berdampak terhadap pertumbuhan, dan
pertumbuhan populasi menghasilkan perubahan dalam struktur komunitas. Oleh
karena itu sangat penting untuk mengetahui bagaimana suatu populasi
tumbuh.Populasi memiliki sifat-sifat (karakteristik) yang dapat diukur secara
statistik dan bukan sifat daripada individu-individu penyusunnya, di antara
sifat-sifat tersebut adalah kepadatan, natalitas dan mortalitas, distribusi
umur, potensi biotic, penyebaran dan bentuk pertumbuhan.
Daftar Pustaka
Adnan Kasry, Dkk. 2008. Buku Ajar Ekologi
Perairan. Laboratorium Universitas Riau:
Pekanbaru
Sastrawijaya,
A.T., 2000, Pencemaran Lingkungan, Cet. II, Rineka Cipta : Jakarta.
Soeriaatmadja,
R.E., 1989, Ilmu Lingkungan, Edisi ke-IV, ITB : Bandung.
Sipardi,
I, 2003, Lingkungan Hidup dan Kelestariannya, Cet. II, Alumni : Jakarta.
Slamet Ryadi. 1981. Ekologi. Usaha Nasional:
Surabaya
Zoer’aini Djamal Irawan. 1996. Prinsip –
Prinsip Ekologi Ekosistem. Sinar Grafika Offset:
Jakarta
Sumber
: Lumowa, sonja V.T. 2012 . Bahan Ajar Botani Tingkat Tinggi. Universitas
mulawarman:samarinda
Djara
Dedhy, 2011. Makalah EkologiTumbuhan.
http://dedhydjara.wordpress.com/2011/12/02/makalah-ekologi-tumbuhan/
definisi-ekotipe.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar